12

Jun
  • Umum

LADU JAJANAN KHAS KOTA BATU SAAT BULAN PUASA DAN LEBARAN

  • by Admin
  • 12-06-2019
  • Ary Punka Aji, Indika/atv/Kota Batu

Batu,
Beginilah aktivitas Sumani, salah satu dari sekian banyak industri rumah tangga di Kota Batu. Untuk menyambut lebaran, Sumani beserta 4 karyawannya telah disibukkan dengan memproduksi kue ladu.
Jajanan khas Kota Batu yang memiliki arti langgeng seduluran dan mudah didapatkan di Kota Batu ini hanya berbahan dasar beras ketan dengan kualitas super dan gula saja.
Adapun cara memproduksi jajanan tersebut, yakni memasak beras ketan terlebih dahulu, kemudian jemur beras ketan. Setelah butiran ketan tersebut kering, tumbuk hingga halus dan segera dibentuk pipih memanjang. Lantas, ketan matang yang sudah berbentuk tipis itu dipotong berukuran kecil pipih.
Selanjutnya, beberapa potong ketan pipih kecil itu dimasukkan kedalam oven. San hanya menunggu selama 1 jam, potongan tipis yang telah menjadi kue tersebut siap untuk disajikan.
Makanan tradisional khas Kota Batu ini cukup favorit, terutama disaat bulan ramadhan dan lebaran idul fitri tiba. Bahkan harganya pun juga cukup terjangkau. Untuk kantong besar, harganya 36 ribu rupiah. Sedangkan kantong kecil per kantong nya hanya 16 ribu rupiah.
Oleh karena itu, jajanan ladu yang hanya diproduksi oleh seluruh warga Dusun Kandangan, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini tak bisa di temukan pada hari-hari biasa. Menurut Sumani, pembuat ladu mengatakan, di moment seperti ini menjadi berkah tersendiri untuk dirinya. Selain karena permintaan, pendapatan juga mengalami kenaikan hingga 2 kali lipat.
Jika pada hari-hari biasa, Sumani hanya memproduksi 30 kantong. Namun untuk mencukupi permintaan pembeli di hari menjelang lebaran, setiap harinya ia mampu memproduksi kue ladu hingga ratusan kantong.
Sementara, Sumani sendiri mendapatkan resep pembuatan ladu ini secara turun-temurun mulai dari nenek buyut dan sumani sendiri sudah 5 tahun terakhir ini menjual ladu.
Meski demikian, Sumani tak pernah menjual produk ladu bernama Sulaza miliknya ke supermarket, hal ini dikarenakan Sumani tak memiliki modal untuk memperbesar usahanya.
Dalam hal ini, Sumani berharap pemerintah memberikan bantuan langsung kepada pemilik usaha umkm seperti ini agar bisa terus lestari dan bertahan.