PIMPINAN KOTA BATU

WALIKOTA
NUROCHMAN, SH.,M.H
WAKIL WALIKOTA
HELI SUYANTO, S.H.,M.H
VISI Mbatu SAE:

“Kota Batu Madani, Berkelanjutan, Agrokreatif, Terpadu, Unggul, Sinergi, Akomodatif, dan Ekologis Menuju Generasi Emas 2045.”

MISI
  • Membangun Masyarakat yang Berdaya dan Berkarakter Berbasis Budaya dan Jati Diri Daerah
  • Mengembangkan Ekonomi Daerah Berbasis Agro-Kreatif Didukung Infrastruktur Integratif Berwawasan Lingkungan
  • Mengendalikan Pembangunan Ruang Kota, Konservasi Hutan dan Sumber Daya Air
  • Membangun Tata Kelola Berintegritas, Kolaboratif, dan Inovatif Didukung Penguatan Desa dan Kelurahan
PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA BHAKTI)
  1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkarakter, Berkualitas dan Berdaya Saing
  2. Mengembangkan UMKM, Pertanian, Perdagangan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Dan Daya Saing
  3. Membangun Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar Yang Berwawasan
  4. Mengembangkan Kebudayaan dan Jati Diri Daerah
  5. Pengendalian Tata Ruang, Penyelamatan Hutan dan Sumber Daya Air
  6. Meningkatkan Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat
  7. Tata kelola pemerintahan yang Baik, Bersih dan Inovatif
  8. Tercapainya Kerjasama Antar Pemangku Kebijakan dan Stakeholder
  9. Memperkuat Peran Pemerintahan Desa dan Kelurahan dalam Pembangunan Daerah

Kota Batu

    Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan.

    Pada waktu pemerintahan Raja Sindok , seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Raja Sendok untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.

    Atas persetujuan Raja, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan serta dibangunnya sebuah candi yang diberi nama Candi Supo. Sebagaimana keinginan Raja, ditempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan.

    Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari kerajaan Sendok. Oleh karena sumber mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural (Magic) yang maha dasyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi sumber air panas. Dan sumber air panas itupun sampai saat ini menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.

    Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di lereng pegunungan dengan ketinggian 700 sampai 1.700 meter di atas permukaan laut, berdasarkan kisah-kisah orang tua maupun dokumen yang ada maupun yang dilacak keberadaannya, sampai saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama “Batu” mulai disebut untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut.

    Dari beberapa pemuka masyarakat setempat memang pernah mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu.

    Dari kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih cepat bila memanggil seseorang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau Batu sebagai sebutan yang digunakan untuk sebuah kota dingin di Jawa Timur.

    Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang kemudian ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada tanggal 17 Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.